Translate

Rabu, 30 April 2014

Sablon



SABLON 

A.   Pendahuluan
Sablon merupakan suatu kegiatan cetak-mencetak tanpa memerlukan atau menggunakan mesin. Sablon bisa diartikan sebagai cetak saring. Cara kerja atau prinsip dasar cetak saring adalah perpindahan cat dengan menembus bagian saringan yang tidak tertutup oleh emulsi peka cahaya. Acuan dalam cetak saring biasa disebut dengan screen yang terbagi menjadi bermacam-macam tipe atau ukuran kerapatan(kerenggangan) saringan, semakin rapat poti-pori pada saringan sangat cocok digunakan pada media yang tidak menyerap atau sedikit menyerap air, seperti pada kertas dapat menggunakan screen yang berkode N 120 keatas. Sebaliknya jika semakin renggang ukuran kerapatan screen sangat baik untuk media yang menyerap air, seperti N 90 kebawah.
Pada masa ini mengingant perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga memungkinkan sablon dapat dilakukan dengan teknik digital print, cara ini lebih simpel dan tidak memerlukan banyak waktu serta tenaga yang ekstra.
B.   Konsep Desain
Desain pertama diterapkan dengan teknik manual, terinspirasi dari salah satu manusia yang tanpa disadari telah menyebabkan ketergantunagan, tanpa dia waktu terasa berhenti dan tidak berjalan.
Dalam sehari-hari manusia sulit lepas dari listrik, apalagi jika bekerja dalam suatu ruangan atau bekerja dengan teknologi. Dimana perkembangan teknologi ditunjang dengan adanya tenaga listrik pada umumnya.
Atas dasar ini saya mencoba membuat desain yang memuat gambar petugas PLN sedang bekerja, bermain, dan bergelut dengan listrik.
Desain kedua diterapkan dengan teknik manual, merupakan suatu cita-cita dan impian untuk menjadi seorang seniman dibidang seni lukis, yang diwujudkan dalam bentuk gambar sebuah palet, coreten-coretan, kata p-ELUKIS, p nya kecil itu menggambarkan pengalaman atau jam terbang yang masih sangat minim (kurang), tapi masih ada kesempatan untuk menjadi besar sesuai yang diinginkan diikuti dengan kemauan dan usaha yang keras.
Desain ketiga diterapkan dengan teknik manual, berawal dari fenomena kampus seni rupa dengan mahasiswanya yang sedikit banyak mempunyai karakter yang khas, ada yang kurang terawat dengan wajah acak-acakan, rambut tidak dalam keadaan rapi bahkan ada yang tidak bersih, prilaku yang tidak biasa, sehingga memunculkan karakter seni rupa. Dari sinilah saya terinspiarasi untuk membuat suatu kartun yang karakternya diambil dari mahasiswa seni rupa.
Desain keempat diterapkan dengan teknik manual, mengangkat tentang senyuman. Semua orang pasti bisa tersenyum dan tertawa, hanya saja kapan waktu untuk tersenyum. Disini saya menggambarkan dalam sekian banyak orang yang bisa tersenyum ada sebagian yang tidak bisa tersenyum, itu bisa disebab karena adanya suatu masalah, seperti sedang berduka, perasaan sedih, dan lain-lain.
Desain kelima diterapkan dengan teknik cetak digital,
Dari keseluruhan desain yang dikerjakan dengan teknik manual perlu mempertimbangkan ketebalan garis dan kerapian, sehingga hasilnya akan sesuai dengan yang diinginkan.
C.   Jenis Desain
Desain yang ditampilkan adalah desain yang difilmkan dengan proses pecah warna, membagi atau pemisahan blok menjadi sendiri-sendiri berdasarkan warnanya masing-masing. Semakin banyak warna yang diinginkan, prosesnya pun semakin rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama. Hasil desain yang telah dipindahkan pada kertas kalkir harus berwarna pekat atau menggunakan warna hitam pada umumnya agar desain benar-benar tidak terkena sinar cahaya pada waktu afdruk. Yang kedua desain yang berupa data, karena melalui print.
D.   Fungsi
Dari keseluruhan desain yang dibuat bisa berfungsi sebagai suatu identitas,karakter, dan pengalaman yang dikomposisikan dan dikombinasi sesuai dengan yang dikehendaki.
E.    Tujuan
Dalam pembuatan desain harus jelas dalam menentukan untuk apa desain dibuat dan dimana akan diterapkan, karena setiap media mempunyai kesulitan yang berbeda-beda. Desain dibuat disesuaikan  denagn kebutuhan, bisa di aplikasikan pada kertas atau pada kain (tekstil), disini desain diaplikasikan pada kain dengan melalui dua cara, yakni teknik manual dan digital print.
F.    Bentuk visualisasi desain
G.   Alat dan Bahan dengan teknik manual
a.     Alat-alat yang digunakan antara lain:
1.     screen, merupakan semacam saringan yang digunakan sebagai acuan untuk menyablon.
2.     rakel, coater atau penggaris digunakan untuk meratakan cat pada waktu sablon, untuk meratkan emulsi peka cahaya.
3.     sprayer, digunakan untuk mengkikis emulsi peka cahaya yang tidak mati.
4.     hair dryer, digunakan untuk mengeringkan emulsi peka cahaya dan screen.
5.     selotip atau isolasi, digunakan untuk menutup spanram atau bingkai screen.
6.     catter atau gunting, digunakan untuk memotong isolasi.
7.     spons, digunakan untuk menekan bagian dalam screen.
8.     kain hitam, digunakan untuk melapisi sekaligus membalut spons.
9.     wadah pengaduk dan pengaduknya, tempat untuk mencampur sekaligus mengaduk ulano TZ atau cat.
10.  drawing pen, digunakan untuk memindah desain padakertas kalkir, jika desain dibuat secara manual.
11.  kaca dan meja afdruk, digunakan untuk proses afdruk
12.  meja sablon, digunakan untuk menyablon.
13.  koran, untuk mencegah agar pada waktu cetak cat tidak terkena lantai atau yang lainnya
14.  kain perca atau lap, digunakan untuk membersikan sisa-sisa cat, dll.
15.  gayung air
b.     Bahan
1.     ulano TZ, bahan peka cahaya yang digunakan untuk menutup pori-pori screen.
2.     pasta atau medium warna, digunakan sebagai warna dasar, karena warnanya putih.
3.     biang warna (pewarna), digunakan untuk menciptakan warna sesuai selera.
4.     binder, berguna untuk memperkuat warna (agar warna tidak mudah luntur)
5.     ulano 5, obat untuk menghapus emulsi peka cahaya
6.     sabun, digunakan untuk membersikan sisa-sisa cat.
7.     air
8.     kain, kaos oblong/T-Shirt
H.   Alat dan bahan dengan teknik digital
a. alat yang dibutuhkan
                        - komputer, untuk mengolah dan membuat gambar desain.
                        - printer, untuk memindahkan gambar pada acuan.
- mesin press atau setrika, digunakan untuk memindah desain dari acuan pada media(kain).
- transper paper, jenis kertas yang hasilnya cukup bagus yang biasanya digunakan pada kain sejenis katon, jika kain yang digunakan sejenis kain TC acuannya bisa menggunakan kertas HVS biasa, dengan catatan memakai tinta khusus.
            b. bahan yang dibutuhkan 
- tinta.
          - kain(kaos oblong)
I.       Proses Praktek
Proses praktik dengan teknik manual.
a. Pracetak, membuat sketsa desain, ACC desain bertujuan untuk mengevaluasi desain yang telah dibuat, dilakukan pecah warna atau membagi menurut warnanya, print atau photo copy di kertas kalkir.
b.    proses afdruk. Mencampur ulano TZ dan mengoleskan pada permukaan screen yang masih bersih secara merata bisa menggunakan coater, rakel, atau penggaris. kemudian dikeringkan dengan hair dryer bagian depan dan belakang, setelah kering dilakukan proses afdruk, yakni desain yang telah dipecah warna diletakkan diatas screen dengan posisi terbalik. Meletakkan spons yang dibalut dengan kain hitam pada bagian dalam screen yang digunakan untuk penekanan. Screen diletakkan diatas meja afdruk dengan posisi menghadap kebawah atau kedalam meja afdruk. Meletakkan papan dan pemberat agar tekanan spons rata dan tidak berubah. Dilakukan penyinaran kurang lebih 4 sampai 7 menit.
Semua kegiatan dilakukan  dalam ruangan yang cahayannya tidak langsung mengenai screen yang telah diolesi oleh emulsi peka cahaya.
c.   proses pengkikisan. Setelah selesai disinari bilas dengan air yang bertujuan untuk mengkikis obat afdruk yang tidak mati. Kemudian secara perlahan screen disemprot dengan sprayer mulai dengan tekanan rendah sampai pada tekanan yang kuat, hingga screen benar-benar bersih dari obat afdruk yang tidak mati. Dikeringkan, bisa menggunakan hair dryer agar cepat kering. Jika screen belum kering jangan melakukan proses cetak, karna akan berpengaruh terhadap hasilnya.
d. proses penusiran. Sering dialami bagian screen yang cacat pada hasil afdruk,  faktor afdruk yang kurang sempurna atau kesalahan pada pengkikisan adalah salah satu penyebabnya. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan penusiran atau menutup bagian-bagian  yang cacat(tidak tertutup) agar pada waktu cetak, tinta keluar sesuai dengan desain yang diinginkan. Penusiran dapat menggunakan obat sisa afdruk. 
e.  proses penutupan bingkai screen (spanram). Bingkai screen dilapisi dengan isolasi agar tidak kotor dan mudah dalam membersikan cat pada waktu proses cetak. Bagian desain yang menggunakan warna yang berbeda dapat ditutup semantara dengan isolasi.
f. proses cetak. Screen dipasang diatas meja sablon. Kain atau T-Shirt yang telah dilayout diletakkan dibawah screen. Menyiapkan warna cat yang diinginkan dengan cara mencampur pasta(medium warna) dengan biang warna. Menuangkan cat pada acuan cetak. Dorong dan ratakan dengan rakel beberapa kali sampai dianggap cukup, jika warna yang diinginkan kurang sempurna, bisa diulang dua sampai tiga kali. untuk warna yang lain prosesnya sama, hanya saja screen harus dibersikan dulu dengan air dan sabun agar screen benar-benar steril(bersih dari cat), dan kain harus sudah dalam keadaan kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar